Saturday, October 6, 2012

Berlomba Menciptakan Ruang Hijau



Kota-kota dunia berlomba mewujudkan ruang hijau sesuai standar internasional. Hal ini terungkap dari laporan UN Habitat yang dirilis baru-baru ini (1/10). Menurut WHO, standar internasional untuk ruang hijau adalah 9 meter persegi per kapita. Dari Asia, Timur Tengah hingga kota di Amerika Latin berupaya memenuhi standar minimal ruang hijau ini.
Kota Shenzhen di China, misalnya, telah membangun 435 taman baru sebagai bagian dari "Eco-city Programme" dan "Garden City Plan" dalam lima tahun terakhir. Kota ini berhasil meraih rasio ruang terbuka hijau per kapita 16,3 meter persegi pada 2009.
Manfaat dari tercukupinya ruang terbuka hijau ini sangat besar. Kualitas lingkungan ekologis di perkotaan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan penduduknya.
Kota Chongqing di China berhasil meningkatkan ruang terbuka hijau hingga dua kali lipat menjadi 16 meter persegi per kapita dengan mengombinasikan antara jalur hijau dan ruang publik dalam 30 tahun terakhir.
Negara kota Singapura menjadi yang terdepan di dunia dalam mengembangkan ruang terbuka hijau. Luas ruang terbuka hijau saat ini mencapai lebih dari 50% luas wilayah Singapura. Singapura juga memiliki lebih dari 450 taman dan kebun publik.
Selain memertahankan ruang terbuka hijau, Singapura juga berupaya melestarikan keanekaragaman hayati dengan membangun empat taman nasional (nature reserves) yang luasnya mencapai lebih dari 3.000 ha. Taman-taman nasional ini dilindungi oleh undang-undang guna menjaga keaslian ekosistem di wilayah tersebut.
Inisiatif ini menurut UN Habitat menciptakan lingkungan yang lebih bersih, membentuk negara yang rapi dan indah serta meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Baru-baru ini, ruang terbuka hijau di Singapura kembali menjadi perhatian utama dengan diluncurkannya rencana baru menciptakan kota dalam taman atau "City-In-a-Garden".
Namun tantangan menciptakan ruang terbuka hijau beragam. Di Amman, Yordania, taman-taman kota, luasnya mencapai 12% wilayah. Namun di wilayah timur kota Amman yang berpenduduk paling padat, ruang terbuka hijau sangat jarang ditemui.
Di kota-kota lain yang ingin meraih status kota kelas dunia, pembangunan taman dan ruang hijau seringkali hanya digunakan sebagai alat pencitraan tanpa memertimbangkan manfaatnya bagi penduduk.
Dan tuntutan masyarakat untuk ruang terbuka hijau yang memadai terus meningkat. Di Praia, ibu kota dan kota terbesar di Cape Verde, sebuah negara kepulauan di Samudra Atlantik, ruang terbuka hijau sangat jarang ditemui. Saat sebuah taman kecil dibuka, taman ini langsung menarik perhatian publik yang datang untuk berekreasi dan bersosialisasi.
Di kota Guadalajara, Meksiko, alih guna sementara jalan dan ruang publik sebagai tempat rekreasi dan bersepeda (mirip seperti Car Free Day di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia) langsung menjadi lokasi favorit warga. Hasilnya, proyek yang dikenal dengan nama "vía recreativa" ini terus berlanjut.
Hijauku.com telah membahas mengenai tantangan membangun ruang terbuka hijau di Tanah Air. Artikel lengkap bisa dibaca pada tautan berikut.

Diambil dari Redaksi Hijauku.com

No comments: