Kota-kota dunia berlomba mewujudkan ruang
hijau sesuai standar internasional. Hal ini terungkap dari laporan
UN Habitat yang dirilis baru-baru ini (1/10). Menurut WHO, standar
internasional untuk ruang hijau adalah 9 meter persegi per kapita. Dari Asia,
Timur Tengah hingga kota di Amerika Latin berupaya memenuhi standar minimal
ruang hijau ini.
Kota Shenzhen di China, misalnya, telah
membangun 435 taman baru sebagai bagian dari "Eco-city Programme" dan
"Garden City Plan" dalam lima tahun terakhir. Kota ini berhasil
meraih rasio ruang terbuka hijau per kapita 16,3 meter persegi pada 2009.
Manfaat dari tercukupinya ruang terbuka hijau
ini sangat besar. Kualitas lingkungan ekologis di perkotaan meningkat seiring
dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan penduduknya.
Kota Chongqing di China berhasil meningkatkan
ruang terbuka hijau hingga dua kali lipat menjadi 16 meter persegi per kapita
dengan mengombinasikan antara jalur hijau dan ruang publik dalam 30 tahun
terakhir.
Negara kota Singapura menjadi yang terdepan di
dunia dalam mengembangkan ruang terbuka hijau. Luas ruang terbuka hijau saat
ini mencapai lebih dari 50% luas wilayah Singapura. Singapura juga memiliki
lebih dari 450 taman dan kebun publik.
Selain memertahankan ruang terbuka hijau,
Singapura juga berupaya melestarikan keanekaragaman hayati dengan membangun
empat taman nasional (nature reserves) yang luasnya mencapai lebih dari 3.000 ha. Taman-taman
nasional ini dilindungi oleh undang-undang guna menjaga keaslian ekosistem di
wilayah tersebut.
Inisiatif ini menurut UN Habitat menciptakan
lingkungan yang lebih bersih, membentuk negara yang rapi dan indah serta
meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Baru-baru ini, ruang terbuka hijau di
Singapura kembali menjadi perhatian utama dengan diluncurkannya rencana baru
menciptakan kota dalam taman atau "City-In-a-Garden".
Namun tantangan menciptakan ruang terbuka
hijau beragam. Di Amman, Yordania, taman-taman kota, luasnya mencapai 12%
wilayah. Namun di wilayah timur kota Amman yang berpenduduk paling padat, ruang
terbuka hijau sangat jarang ditemui.
Di kota-kota lain yang ingin meraih status
kota kelas dunia, pembangunan taman dan ruang hijau seringkali hanya digunakan
sebagai alat pencitraan tanpa memertimbangkan manfaatnya bagi penduduk.
Dan tuntutan masyarakat untuk ruang terbuka
hijau yang memadai terus meningkat. Di Praia, ibu kota dan kota terbesar di
Cape Verde, sebuah negara kepulauan di Samudra Atlantik, ruang terbuka hijau
sangat jarang ditemui. Saat sebuah taman kecil dibuka, taman ini langsung
menarik perhatian publik yang datang untuk berekreasi dan bersosialisasi.
Di kota Guadalajara, Meksiko, alih guna
sementara jalan dan ruang publik sebagai tempat rekreasi dan bersepeda (mirip
seperti Car Free Day di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia) langsung
menjadi lokasi favorit warga. Hasilnya, proyek yang dikenal dengan nama
"vía recreativa" ini terus berlanjut.
Hijauku.com telah membahas mengenai tantangan
membangun ruang terbuka hijau di Tanah Air. Artikel lengkap bisa dibaca pada tautan
berikut.
Diambil dari Redaksi Hijauku.com
No comments:
Post a Comment