Sunday, April 19, 2015

DAUN KERING Catatan Perjalanan Angkatan ke-IV



Tak begitu pasti apa makna yang tersimpan dibalik nama angkatan kami, namun ada suatu pemikiran yang muncul dan terlintas dibenak ketika mendengar dan melihat daut kering. Sekilas selembar daun kering yang berasal dari tumbuhan apapun itu adalah sampah. Sampah yang dianggap orang tidak berguna bagi orang yang tidak mengerti cara mengolahnya. Jika daun kering diolah menjadi sampah dapat menjadi pupuk organik dan tentunya memberikan manfaat bagi yang ada disekitarnya. Daun kering akan bernilai jual tinggi jika dioleh dengan benar, hanya perlu polesan sedikit maka akan menjadi suatu karya yang mengagumkan. Daun kering tidak perlu pengawet agar dapat tahan lama, daun kering tidak akan habis dimakan rayap, daun kering akan tetap seperti bentuknya ketika ia jatuh ke bumi. 
Caang merupakan istilah untuk calon anggota. Waktu mengikuti rangkaian kegiatan dari panitia Diklat Lalang IV, kita sering disebut dengan sebutan caang.

Pada hari ini, tepatnya pada tanggal 16 November 2008 kami resmi menjadi calon anggota yang ditandai dengan penyematan scraf warnah merah. Liat tu fotonya waktu technical meeting, waaah…(hahaha..), kita absen dulu ya, “ada sangkut asma, martin, refzon, citra, endri, brother dedi, nirman, tulus” duuh… maaf ya cuma itu yang ingat namanya (maklum belum begitu kenal..), tapi kayaknya ada sesuatu yang hilang nich, ya Opi, mana saudari Opi yanti?? (belum eksis di kamera jadi gx ada fotonya, panitia belum nyadar kalo dia foto genik hahahah….vis V). Bagaimana ya keadaan mereka saat ini, semoga sehat-sehat aja ya teman dan masih dilindunganNya.

Pra kegiatan Diklat Lalang IV di mulai dari tes wawancara, materi ruang, dan latihan fisik ini semua kami ikuti. Sehari setelah melakukan tes wawancara kita mengikuti materi ruang. Materi ruang ini merupakan bekal secara teori ketika bergiatan di alam bebas. Materinya meliputi Kemadyapalaan, Manajemen Perjalanan, Mountaineerig, SAR & ESAR, survival, Rock Climbing, P3K, Sosialisasi Masyarakat Desa dan Kota, Botani dan Zologi, Rafting, Tanggap Bencana, Advokasi, Caving, Komunikasi lapangan, KSDA, Observasi. Materi ruang ini dilaksanakan 18 s.d 23 November 2008, disertai dengan evaluasi materi selama dua hari semacam ujian, menjawab sejumlah pertanyaan dari masing materi dan dikumpulkan kepada panitia yang bertanggung jawab pada saat itu. Tapi hasil atau nilainya tidak diumumkan (emm….kali aja kan dapat nilai seratus haha..). Setelah itu kami aplikasi materi selama empat hari, praktek lapangan ini sangat membantu kami untuk lebih memahami materi yang disampaikan saat materi ruang.

Pada sore itu sekitar pukul 2 sore kami jadwalnya latihan fisik, cuaca saat itu sedang tidak bersahabat, Bengkulu di guyur hujan. “tidak mati dalam cuaca” celetup salah satu panitia, yang merupakan motto Madyapala UMB dan kamipun bergegas menuju lapangan basket (yang sekarang disebut lapangan futsal) dan langsung melakukan pemanasan, (satu, dua, tiga, empat, lima, enaam, tujuh, delapaaan...). Habis pemanasan kitapun tambah semangat dan badan basah semua tapi bukan karena keringat tapi mandi hujaaaan, wkwkwk….,


egiatan latihan fisik di kampus selesai dan dilanjutkan dengan jogging ke pantai zakat dekat TPI. Hadeeeeh…, tenaga habis tetapi tetap disuruh lari, loncat-loncatan, pus up berantai, merayap dengan ban, uuuhhhh… semakin tidak bertenaga, (untung hujan….). Sudah kira-kira satu jam setengah kami latihan fisik di pantai, badanpun sudah berlumuran pasir, dan saat itu ditunjuklah Nirman sebagai danru (komandan regu, horeeee…..). “Emang sich dia orangnya yang paling semangat diantara kita, selamat ya Nir… semoga amanah,….”




Hari Pertama (14 Februari 2009)

“Dengan mengucapkan bismillahirhamnirmanirrahom Diklat Lalang angkatan IV Madyapala resmi dilepas” kurang lebih seperti itulah yang diucapkan Wakil Rektor III yang saat itu di jabat oleh Bapak Hernandianto saat upacara pelepasan yang dilaksanakan di Lapangan futsal pada tanggal 14 Februari 2009. Peserta Diklat Lalang angkatan IV sendiri berjumlah 5 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang berasal dari fakultas FKIP dan FISIP. Setelah upacara selesai kamipun bergegas mempersiapkan carriel yang sudah dipacking pada malam harinya, untuk di muat ke dalam mobil yang saat itu menggunakan mobil carry tanpa atap yang dikemudikan oleh salah satu panitia. Tepat pukul 14.30 WIB mobil kamipun melaju menuju Desa Komering bersama-sama panitia. Desa Komring merupakan desa pertama lokasi Diklat Lalang kami, yang terletak di kaki Bukit Puding Kabupaten Bengkulu Tengah.

Begitu masuk jalan persimpangan menuju Desa Komering, matapun mendapati pemandangan alam yang indah dan daerah perkebunan, persawahan warga desa sebagai matapencaharian mereka, sesekali mobil kami menyuarakan kleksoundnya menyapa warga yang pulang dari perkebunan, merekapun membalasnya dengan senyum penuh keakraban. Namun ada yang membuat saya terdiam sejenak “jalan yang katanya sebagai jantung perekonomian di Desa Komring ini sangat memprihatinkan, sarana dan prasarana desa yang tidak tersentuh oleh pemerintah daerah, sungguh malang….”. Settttt….tiba-tiba mobil berhenti memecahkan lamunan saya, eh..ternyata kami sudah sampai tujuan yaitu di Camp I. Camp I ini terletak tak jauh dari belakang rumah warga, lokasinyapun ditumbuhi semak belukar dan sedikit lapangan yang tak terlalu luas.


Matahari sudah condong ke barat menandakan hari sudah sore, mulai hari itu matahari merupakan pedoman kami untuk melihat jam berapa “saat ini”, karena panitia tidak memperkenankan kami untuk menggunakan jam tangan ataupun barang-barang elektronik lainnya. “baik, kita sudah sampai di camp I, dan kita bermalam satu malam di sini, silahkan buat bivak, buat senyaman mungkin”, intruksi salah satu panitia laki-laki dengan perawakan tinggi warna kulit sedikit gelap serta kaca mata hitam dan bandana dikepalanya, (klo istilah di sekolah sich, sedikit kiler….). Kamipun segera membuat bivak yang cukup luas, untuk kami berlima.    (Bersambung)
  

No comments: