Thursday, December 24, 2015

Petani Bengkulu Hasilkan Silabus Pendidikan Lingkungan Hidup

Sekolah se-provinsi Bengkulu menjadikan Silabus Pendidikan Lingkungan Hidup yang dibuat oleh seorang petani, Sabur (45) yang telah mendirikan sekolah tingkat SMP yang kini dikenal dengan MTs Syuhada di Desa Aur cina, Kecamatan Selagan Raya Kabupaten Mukomuko, sebagai rujukan untuk menyusun Silabus Pendidikan Lingkungan Hidup.

Pak Sabur petani yang memeiliki dedikasi tinggi dan keperihatinan akan akses pendidikan di desanya. Dia bahkan rela menjual kebun sawit untuk mendirikan sebuah sekolah.
Pak sabur seorang visioner sejati berkeinginan kuat dengan sekolah yang telah didirikannya dan berjalan lebih dari tiga tahun agar dapat memiliki warna khas dengan kapasitas murid yang sudah mencapai ratusan murid. Bersama Yayasan Genesis (NGO lokal berbasis lingkungan hidup) maka dipilihah metode pendidikan lingkugan hidup sebagai ciri khas sekolah yang ia dirikan.

Belajar di Alam Terbuka



Setelah dikerjakan bersama para guru dan dinas pendidikan selesailah silabus tersebut yang samapai saat ini telah digunakan oleh 15 sekolah setingkat SD sampai SMA di Provinsi Bengkulu.

Ketua Yayasan Genesis (Barlian) menjelaskan secara garis besar silabus tersebut untuk tingkat SD sederjat terfokus pada aktivitas keseharian siswa yang berkaitan dengan lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Dengan penegenalan ini harapannya murid dapat memahami perannya, membiasakan diri untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sekolah dan lingkungan rumah terkhusus dalam praktik yang mendukung lingkungan hidup.

Di tingkat SMP, murid diajak untuk mengetahui kerusakan lingkungan yang dilakukan akibat ulah manusia. Dengan memahami ini maka siswa diharapkan mampu melakukan pencegahan kerusangan lingkungan sedari awal. murid juga dilibatkan melakukan aksi pelestarian lingkungan secara sederhana terhadap kondisi lingkungan yang telah rusak.

Di  tingkat SMA, murih telah diarahkan untuk betul-betul memahami dampak apa yang terjadi akibat kerusakan lingkungan. Muridpun diajarkan untuk mitigasi bencana alam yang berpotensi terjadi di daerah mereka.

Pengelolaan lingkungan berdasarkan local wisdom menjadi pengetahuan tambahan murid. Selain itu murid juga diberikan pemahaman tentang-tentang isu-isu lingkungan yang pada saat ini telah terjadi. Output dengan diterapkannya pendidikan lingkungan ini diharapkan, menjadikan murid sebagai aktor aktif dalam menjalankan aktivitas tidak merusak lingkungan, dan dapat menantisipasi serta mencegah apabila terjadi kerusakan lingkungan.

(Firman/Kompas)

No comments: