Pangsa konsumsi energi di Indonesia di dominasi oleh minyak, diikuti oleh gas, batu bara, dan energi hidro dan produk petroleum akan meningkat untuk memenuhi meningkatnya permintaan domestik Dengan pertumbuhan konsumsi yang cepat, diperkirakan bahwa tanpa sumber daya energi yang baru dan upaya efisiensi energi, Indonesia dapat menjadi importir minyak murni dalam waktu dekat.
Untuk mengurangi pangsa bahan bakar fosil, terutama untuk pembangkit listrik, pemerintah telah berinisiatif untuk meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan. Penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi pedesaan di indonesia berpotensi, karena ribuan pulau dari kepulauan membuatnya sulit untuk membangun sistim distribusi listrik yang saling terhubung, baik secara fisik maupun secara finansial, oleh karena itu desentralisasi listrik pedesaan dapat menjadi pilihan terbaik.
Potensi sumber energi terbarukan di Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari energi surya, 458 MW energi mini/mikro hidro, 49,81 GW Biomassa, 3-6 M/detik tenaga angin, 3 GW nuklir (cadangan uranium). Indonesia juga memiliki sumber energi hidro yang besar dengan total potensial diperkirakan 75,67 GW.
Walaupun potensi dari energi terbarukan seperti biomassa, panas bumi, energi surya, energi angin, dan energi lautan relatif tinggi, namun tidak digunakan secara signifikan, yakni kurang dari 4 % pada taun 2007. Kebijakan energi nasional Indonesia bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas dan untuk membuat variasi campuran energi dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi yang lain seperti energi terbarukan. Indonesia telah menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi terbarukan sampai dengan 17 % pada tahun 2025, seperti yang dinyatakan dalam Cetak Biru Program Penerapan Energi Nasional 2007-2025 (ESDM, 2007).
Teknologi energi terbarukan yang telah dikembangkan secara signifikan ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah teknologi yang memasuki pasar komersil. Beberapa teknologi energi yang menggunakan biomassa, panas bumi, dan energi hidro telah mencapai tahap komersial, dimana mereka dapat digunakan untuk elektrifikasi pedesaaan. Komponen mikro hidro seperti turbin, alat pengukur, dan peralatan listrik sekarang ini telah dibuat dengan kandungan lokal yang tinggi. Walaupun tidak semuanya diproduksi secara lokal, modul photovoltaik telah dirakit secara lokal. Pemanas air dengan dengan panas surya dan pengering tenaga suryajuga dibuat secara lokal. Perlengkapan pengering tenaga surya untuk produk pertanian telah dalam talam tahap pabrikasi. Penghasil gas biomassa, telah diproduksi secara komersial di Indonesia. Komponen sistem konversi energi angin sekala kecil kecuali generator sekarang dapat diproduksi secara lokal, tetapi keandalan dan efisiensi teknologi tersebut perlu ditingkatkan (Pratomo, 2004).
Pengembangan dari penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi pedesaan mengalami sejumlah hambatan dikarenakan : 1) Kebijakan Pemerintah terhadap bahan bakar fosil, 2) Energi tebarukan pada umumnya membutuhkaninvestasi awal yang tinggi, 3) Tidak ada pinjaman lumak jangka panjang dari Bank/Lembaga keuangan lokal 4) kurangnya data dan infrastruktur penunjang 5) Sumberdaya energi terbarukan pada umumnya bersifat intermittent (PLN, 2009).
Dari aspek teknis, makin banyak komponen dari teknologi terbarukan yang kini dapat diproduksi secara lokal di Indonesia, seperti pembangkit tenaga mikro hidro dan biomassa skala kecil. Akan tetapi pemakaian energi surya (contoh modul Photovoltaics) dan sistem energi angin masih membawa kandungan import yang tinggi.
Beberapa kendala dalam pemanfaatan energi terbarukan adalah :
- Dari aspek teknologi, hambatan utama adalah sering ditemukan rendahnya kualitas teknologi energi terbarukan sehingga banyak menimbulkan kegagalan. selain itu masih ditemukan ketidaksesuaian anatara teknologi energi terbarukan dengan kondisi sosial, geografi, dan ekonomi masyarakat.
- Harga tenknologi energi terbarukan yang belum kompetitif dibanding energi konvensional juga menghambat laju perkembangan pemanfaatan energi terbarukan
- Terbatasnya informasi mengenai teknologi terbarukan yang dimiliki masyarakat pedesaan juga menghambat pertumbuhan teknologi energi terbarukan.
- Kurangnya tenaga teknis di lapangan sehingga menyulitkan perawatan setelah pemasangan layanan purna jual).
Sumber : Manual Pelatihan Teknolgi Energi Terbarukan Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan, PNMPM 2011.
No comments:
Post a Comment