Tak begitu pasti apa makna yang tersimpan dibalik nama
angkatan kami, namun ada suatu pemikiran yang muncul dan terlintas dibenak
ketika mendengar dan melihat daut kering. Sekilas selembar daun kering yang
berasal dari tumbuhan apapun itu adalah sampah. Sampah yang dianggap orang
tidak berguna bagi orang yang tidak mengerti cara mengolahnya. Jika daun kering
diolah menjadi sampah dapat menjadi pupuk organik dan tentunya memberikan
manfaat bagi yang ada disekitarnya. Daun kering akan bernilai jual tinggi jika
dioleh dengan benar, hanya perlu polesan sedikit maka akan menjadi suatu karya
yang mengagumkan. Daun kering tidak perlu pengawet agar dapat tahan lama, daun
kering tidak akan habis dimakan rayap, daun kering akan tetap seperti bentuknya
ketika ia jatuh ke bumi.
Caang merupakan istilah untuk calon
anggota. Waktu mengikuti rangkaian kegiatan dari panitia Diklat Lalang IV, kita
sering disebut dengan sebutan caang.
Pada hari ini, tepatnya pada tanggal 16 November 2008 kami resmi menjadi
calon anggota yang ditandai dengan penyematan scraf warnah merah. Liat tu
fotonya waktu technical meeting, waaah…(hahaha..), kita absen dulu ya,
“ada sangkut asma, martin, refzon, citra, endri, brother dedi, nirman, tulus”
duuh… maaf ya cuma itu yang ingat namanya (maklum belum begitu kenal..), tapi
kayaknya ada sesuatu yang hilang nich, ya Opi, mana saudari Opi yanti?? (belum eksis
di kamera jadi gx ada fotonya, panitia belum nyadar kalo dia foto genik
hahahah….vis V). Bagaimana ya keadaan mereka saat ini, semoga
sehat-sehat aja ya teman dan masih dilindunganNya.
Pra kegiatan Diklat Lalang IV di mulai dari tes
wawancara, materi ruang, dan latihan fisik ini semua kami ikuti. Sehari setelah
melakukan tes wawancara kita mengikuti materi ruang. Materi ruang ini merupakan
bekal secara teori ketika bergiatan di alam bebas. Materinya meliputi
Kemadyapalaan, Manajemen Perjalanan, Mountaineerig, SAR & ESAR, survival,
Rock Climbing, P3K, Sosialisasi Masyarakat Desa dan Kota, Botani dan Zologi,
Rafting, Tanggap Bencana, Advokasi, Caving, Komunikasi lapangan, KSDA,
Observasi. Materi ruang ini dilaksanakan 18 s.d 23 November 2008, disertai
dengan evaluasi materi selama dua hari semacam ujian, menjawab sejumlah
pertanyaan dari masing materi dan dikumpulkan kepada panitia yang bertanggung
jawab pada saat itu. Tapi hasil atau nilainya tidak diumumkan (emm….kali aja
kan dapat nilai seratus haha..). Setelah itu kami aplikasi materi selama
empat hari, praktek lapangan ini sangat membantu kami untuk lebih memahami
materi yang disampaikan saat materi ruang.
Pada sore itu sekitar pukul 2 sore kami jadwalnya latihan fisik, cuaca
saat itu sedang tidak bersahabat, Bengkulu di guyur hujan. “tidak mati dalam
cuaca” celetup salah satu panitia, yang merupakan motto Madyapala UMB dan
kamipun bergegas menuju lapangan basket (yang sekarang disebut lapangan
futsal) dan langsung melakukan pemanasan, (satu, dua, tiga, empat, lima,
enaam, tujuh, delapaaan...). Habis pemanasan kitapun tambah semangat dan
badan basah semua tapi bukan karena keringat tapi mandi hujaaaan, wkwkwk….,
egiatan latihan fisik
di kampus selesai dan dilanjutkan dengan jogging ke pantai zakat dekat TPI.
Hadeeeeh…, tenaga habis tetapi tetap disuruh lari, loncat-loncatan, pus up
berantai, merayap dengan ban, uuuhhhh… semakin tidak bertenaga, (untung
hujan….). Sudah kira-kira satu jam setengah kami latihan fisik di pantai,
badanpun sudah berlumuran pasir, dan saat itu ditunjuklah Nirman sebagai danru
(komandan regu, horeeee…..). “Emang sich dia orangnya yang paling
semangat diantara kita, selamat ya Nir… semoga amanah,….”
Hari
Pertama (14 Februari 2009)
“Dengan mengucapkan bismillahirhamnirmanirrahom Diklat
Lalang angkatan IV Madyapala resmi dilepas” kurang lebih
seperti itulah yang diucapkan Wakil Rektor III yang saat itu di jabat oleh
Bapak Hernandianto saat upacara pelepasan yang dilaksanakan di Lapangan futsal
pada tanggal 14 Februari 2009. Peserta Diklat Lalang angkatan IV sendiri
berjumlah 5 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan
yang berasal dari fakultas FKIP dan FISIP. Setelah upacara selesai kamipun
bergegas mempersiapkan carriel yang sudah dipacking pada malam harinya, untuk
di muat ke dalam mobil yang saat itu menggunakan mobil carry tanpa atap yang
dikemudikan oleh salah satu panitia. Tepat pukul 14.30 WIB mobil kamipun melaju
menuju Desa Komering bersama-sama panitia. Desa Komring merupakan desa pertama
lokasi Diklat Lalang kami, yang terletak di kaki Bukit Puding Kabupaten
Bengkulu Tengah.
Begitu masuk jalan persimpangan menuju Desa Komering, matapun mendapati
pemandangan alam yang indah dan daerah perkebunan, persawahan warga desa
sebagai matapencaharian mereka, sesekali mobil kami menyuarakan kleksoundnya
menyapa warga yang pulang dari perkebunan, merekapun membalasnya dengan
senyum penuh keakraban. Namun ada yang membuat saya terdiam sejenak “jalan
yang katanya sebagai jantung perekonomian di Desa Komring ini sangat
memprihatinkan, sarana dan prasarana desa yang tidak tersentuh oleh pemerintah
daerah, sungguh malang….”. Settttt….tiba-tiba mobil berhenti memecahkan
lamunan saya, eh..ternyata kami sudah sampai tujuan yaitu di Camp I. Camp I ini
terletak tak jauh dari belakang rumah warga, lokasinyapun ditumbuhi semak
belukar dan sedikit lapangan yang tak terlalu luas.
Matahari sudah condong
ke barat menandakan hari sudah sore, mulai hari itu matahari merupakan pedoman
kami untuk melihat jam berapa “saat ini”, karena panitia tidak memperkenankan
kami untuk menggunakan jam tangan ataupun barang-barang elektronik lainnya. “baik,
kita sudah sampai di camp I, dan kita bermalam satu malam di sini, silahkan
buat bivak, buat senyaman mungkin”, intruksi salah satu panitia laki-laki
dengan perawakan tinggi warna kulit sedikit gelap serta kaca mata hitam dan
bandana dikepalanya, (klo istilah di sekolah sich, sedikit kiler….).
Kamipun segera membuat bivak yang cukup luas, untuk kami berlima. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment